Aku, Pikirku, Citaku

Weekend kali ini membawa ingatanku pada masa lalu, masa putih abu juga tentang masa depan dan apa yang aku jalani sekarang. Semuanya saling berbenturan, tapi anehnya tak ada ekspresi sedih ataupun kecewa, yang ada hanya keinginan untuk menuliskannya disini, salah satu tempat pelarian. 

Tulisan ini aku buat di bulan maret tahun 2010, dimana saat itu masih banyak pintu pilihan yang mungkin salah satunya menyajikan ruang yang aku mau. Namun aku malah memilih pintu ini, dan mengirimkan tulisan dibawah sebagai pengantar PMDK pada Perguruan tinggi yang menjadi tempatku berikhtiar sekarang.   Salah atau tidak, bukan saatnya ber-kecewa ria, tapi saatnya meyakini bahwa kehidupan adalah 10% yang terjadi pada diri kita, dan 90% sisanya bagaimana cara kita menghadapinya dan juga membuktikan bahwa skenario Allah selalu yang paling superior dan indah.

Aku, Pikirku, Citaku 

 Kita tidak akan mendapatkan apapun dari apa yang kita inginkan dan harapkan, tapi kita akan mendapatkan banyak dari apa yang kita lakukan. Cogito ergo sum! (aku berpikir maka aku ada!).
 Isty Istiqomah nama yang dilabelkan padaku delapan belas tahun yang lalu. Ayah Bundaku menyematkan nama ini dengan harapan aku akan menjadi manusia yang teguh pendirian pada agamaku. Harapan itu tak sekedar harapan, mereka benar-benar merealisasikannya dengan mempercayakan pendidikanku di Lembaga Pendidikan Islam Al-Muttaqin. Mulai dari Raudhatul Atfal (TK) sampai jenjang putih abu.

Seingatku aku tak pernah mengeluh atau bahkan berpikir untuk mengeluh karena sekolahku yang full day, atau bahkan jadwalku yang menyita hari film kartun. Aku tak pernah menjadikannya beban, Menurutku lebih baik menghabiskan watu dengan berbagai kegiatan yang bisa meng-up grade kemampuan kita, dari pada hanya merusak mata dengan radiasi televisi. Sia-sia.

Hari-hari liburku semakin tersita ketika aku memasuki jenjang putih biru. aku terpilih menjadi anggota OSIS atau QIDS (Al-Muttaqin Leaders sebutan di SMP Al-Muttaqin), sebagai ketua Deprtemen Peningkatan Keterampilan dan Kewiraswastaan. Selain itu, akupun menjadi koordinator PASKIBRA pertama di SMP ku juga aktif di organisasi kepramukaan. Tak jarang kelompok ku menjuari berbagai porlombaan pramuka, dan puncaknya aku mengikuti Jambore Nasional 2006 di Kiara Payung Jawa Barat.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut aku belajar bahwa setiap orang pasti punya alasan dibalik tindakannya. Sehingga aku selalu mencoba untuk melihat suatu masalah atau kejadian dari berbagai sisi, dan aku juga belajar bahwa kehidupan adalah 10% yang terjadi pada diriku dan 90% sisanya adalah bagaimana aku menghadapinya.

Banyak orang yang berpendapat jika seseorang aktif dalam bidang selain akademik, maka ia tidak akan sukses, tapi aku yakin bahwa nilai kita terletak dalam bakat kita, amal shaleh kita, manfaat dan akhlak yang ada dalam diri kita, dan aku percaya dalam kaehidupan nyata, orang tidak akan peduli dengan bulir-bulir nilai sempurna yang kita peroleh. Yang mereka butuhkan adalah pengalaman yang akan berbuah profesionalisme. Aku berpikir untuk apa angka sempurna jika dalam perakteknya NOL.

Delapan belas tahun ini aku berusaha menitikan langkah, berusaha menyusun lego-lego kehidupanku sendiri. Banyak jalan-jalan terjal, licin dan menakutkan sedikit banyak telah aku temui. Aku pun tak jarang terjerembab dalam lubang tangis dan perasaan lemah, tapi aku percaya dan aku yakin skenario Allah selalu indah.


Delapan belas tahun ini juga, aku berusaha menemukan apa yang sebenarnya ingin aku lakukan  kelak. Aku berusaha menemukan apa yang sebenarnya ingin aku berikan pada diriku, orang tuaku, saudaraku, bangsaku, agamaku, dan penciptaku. Sebuah loyalitas yang bisa menjadikan nrgara ini lebih baik, yang menjadikan agamaku kembali menegakan kejayaanya.

Aku sempat berhayal menjadi seorang dokter, dengan hal itu aku bisa mengobati semua orang yang diserang penyakit, dan mereka akan berbahagia ketika penyakitnya aku sembuhkan. Namun, jika semua orang telah sehat apa yang harus aku lakukan? Masa aku harus berusaha berdoa aga mereka diberi penyakit lagi? Mungkin hayalanku memang tidak rasional, tapi mungkin saja bisa terjadi. Nothing is impossible.

Aku juga pernah berpikir untuk menjadi pengacara yang akan menegakan tombak keadilan di muka bumi. Namun, sekarang terlalu banyak ketidak adilan yang dianggap hadil dan biasanya mereka selau menag. Lalu jika klien-klienku nanti meminta agar aku membantu membebaskan mereka dari jeratan hukum yang semestinya, apa yang harus aku lakukan? Mungkin jika satu atau dua, aku bisa menolaknya. Namun, jika semua klien seperti itu? Apakah aku akan menjadi seorang yang bersih? Keluar saja dari pekerjaan mu dan cari pekerjaan yang baru yang lebih bersih. Lalu, untuk apa aku susah payah berkuliah untuk menjadi seorang pengacara?

Lalu apa sebenarnya yang harus aku lakukan untuk diriku, orang tuaku, saudaraku, negaraku, agamaku, dan penciptaku?

Aku ingin sekali membalas semua peluh yang telah orang tuaku keluarkan hanya agar aku menjadi seorang yang bisa menghirup udara bebas, yang bisa merasakan nikmatnya sehat serta kasih sayang, kenyamanan, ketenangan dan keamanan. yang bisa mengenya pendidikan hingga sekarang. Aku ingin bisa menjamin kehidupan mereka kelak ketika mereka sudah pensiun.

Aku ingin membenahi Ibu pertiwi yang terlalu lama menangis, yang terlalu lama bermercusuar, yan terlalu lama menanggung beban dan terlilit hutang.

Aku ingin membuat Islam berjaya kembali, aku ingin Allah meridhoiku. Aku ingi bermanfaat bagi agamaku sendiri.

Aku tak mau asal memilih jurusan diperkuliahan. Sla-salah setelah aku menyelesaikannya, aku malah menjadi sarjana nganggur. Naudzubillah. Guru bahasa inggrisku selalu mengatakan jangan hanya berebut label universitasnya saja, asal masuk universitas bergengsi tapi dlam jurusan yang sulit mendapatkan pekerjaaan. Sia-sia kan?

Bagaimana dengan keuangan Syariah di Politeknik Negeri Bandung yang ditawarkan orang tuaku? Setidaknya aku bisa terus terkait dengan pembelajaran Islam dan Allah meridhoi karenanya. Dan aku juga bisa membuat Islam berjaya kembali, karena manajemen yang aku tekuni berbasis syariah.

Aku juga tak perlu takut menjadi seorang yang idealis, yang tak menggunakan kehangatan dalam perkuliahannya, karena menurut sumber, Politekni Negeri Bandung menggunakan cara kekeluargaan.

Aku juga semakin mantap, ketika membaca sebuah artikel bahwa jepang sudah mulai melirik pada ekonomi berbasis syariah. Mungkin dikemudian hari tenaga kerja keuangan yang berbasis syariah semkain dibutuhkan dan aku bisa selangkah lebih maju untuk menuntaskan cita-citaku mengembalikan kejayaan Islam.

Aku tak akan hanya berjayal atau sebatas menginginkannya. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikannya. Karena kita tidak akan mendapatkan apapun dari yang kita inginkan dan apa yang kita harapkan, tapi kita akan mendapatkan banyak dari apa yang kita laukan. Cogito ergo sum! 

0 comments:

Post a Comment

 

Follow My Blog

Hello Guys!

Hello Guys!

Ngobrol yuk!

Get this look :x

Follow Me on Instagram