Hak asasi. Terdengar
seperti suatu hal yang menenangkan, dan seperti suatu hal yang bisa menjamin
kehidupan. Namun ketika setiap hak asasi saling berhadapan, akan muncul istilah
yang disebut dengan “egoism”.
Di sebuah desa
terpencil, yang konon katanya tempat berdiamnya para bintang yang sengaja dipersiapkan
untuk bersinar. Bapung mulai mengenal banyak individu yang berbeda, mulai
merangkai hidup yang tadinya sederhana menjadi sedikit lebih berbelit-belit.
Sebenarnya, ia tak mau mempersulit sesuatu, tapi ternyata kebanyakan individu
lebih senang dengan hal yang sulit. Lebih berekspresi katanya.
Mengenal lebih
banyak karakter, Bapung mulai mempelajari sesuatu yaitu kepercayaan. Bapung sangat mengerti bahwa setiap individu mempunyai
sudut pandang yang berbeda, dan hal tersebut berpengaruh terhadap tindakan yang
dilakukan. Namun, sayangnya ia berpandangan bahwa setiap individu akan sebaik
yang ada dipikirkannya dan karena hal ini ia mudah percaya pada orang lain. Padahal
tidak semua sama, dan individu tersebut masing-masing hidup dalam gradasi warna
yang berbeda. Dari hitam pekat samapai putih bercahaya.
Menjadi sebuah
hak asasi Bapung untuk mengungkapkan ketidak sukaannya pada sesuatu, dan ini
mendukung Bapung untuk bercerita (curhat) pada individu lain. Awalnya, ia hanya
ingin mengungkapakan apa yang dirasakan hatinya, kemudian meluncurlah kata-kata
diluar kendalinya. Berpikir hanya berbicara sesuatu hal yang ringan, ternyata
malah menjadi suatu yang luar biasa.
Bapung seperti
tersengat guntur, dan merasa sangat bersalah. Bagaimana tidak? Menjaga teman
yang disayanginya pun ia tak bisa. Lalu untuk apa ia berteman? Dan untuk apa ia
hidup? Jika seseorang yang dekat dengannya pun merasa kecewa. Bapung tak habis
berpikir, keinginannya untuk mengungkap apa yang ia rasakan, malah berbuah
ketidak nyamanan.
Salahnya, apa
yang ia bicarakan dahulu adalah sesuatu hal yang lebih berat pada sudut pandang
pribadinya, yang berarti menganggap Bapung benar dan temannya salah. Seharusnya
ia mengungkap juga sudut pandang lainnya agar individu yang diajak berbicara
lebih objektif dan tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi yaa namanya juga
Bapung, ia kan bukan makhluk yang sempurna dan seringkali lupa. Sering sekali...
Munafik. Mendengar kata ini seluruh partikel yang ada dalam tubuh Bapung bergetar. MUNAFIK, sesuatu hal yang paling ia benci dan agamanya sendiri membenci golongan orang munafik. Yakin, untuk 200 tahun yang akan datang ia pasti akan mengingat kata ini pernah dilabelkan padanya.
Hak asasi, semua
individu memilikinya dan mereka masing-masing menuntut haknya untuk terpenuhi.
Ketita hak asasi setiap individu berhadapan, pasti akan memusingkan right? Yang satu ingin begini, satunya
lagi ingin begitu. Jadi sebenarnya kita harus bagaimana?
Hak Bapung adalah
mengungkap apa yang mengganjal dihatinya, dan hak temanya adalah goodwill yang ia miliki. Menurutku, ini
menjadi suatu hal yang wajar dan pantas untuk terjadi, yang menjadikanya tidak
wajar ketika pengungkapan tersebut disalahgunakan oleh yang individu yang dijadikan
media pengungkapan.
0 comments:
Post a Comment