Akhir-akhir
ini aku sering ngerasa khawatir. Khawatir tentang masa depan, mau jadi apa aku?
Atau, bisa ga yah aku sehebat mamah dan bapak yang bisa memebesarkan anak-anak,
mengorganized rumah tangga, punya kerjaan yang layak, dan di hormati sama
masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan itu terus ada dikepala. Kalo aku ilustrasiin,
si pertanyaan itu tuh udah kaya billboard dikepala. Mejeng ga ngilang-ngilang.
Dari
kejadian yang sering aku alami ini, aku jadi penasaran sebenernya kenapa sih
otak kita menstimulus sesuatu yang bernama khawatir, dan kenapa khawatir
diciptakan. Pandangan awam aku sih menganggap bahwa khawatir adalah sebuah
perasaan terganggu yang muncul akibat presepsi buruk tentang masa depan yang
kita buat sendiri. Kalo kata kamus besar bahasa indonesia, khawatir adalah
perasaan takut (gelisah,cemas) terhadap sesuatu yag belum diketahui dengan
pasti.
Brocovec
T.D dan kawan-kawan mendefinisikan khawatir sebagai pikiran-pikiran jelek yang
pengaruhnya negatif terhadap kesehatan diri, dan cukup sulit untuk di
kendalikan. Mereka juga menambahkan bahwa rasa khawatir adalah perwujudan dari
keinginan diri untuk mencari jalan keluar dari masalah yang tidak jelas dan
lagi sulit di cari jalan keluarnya.
Kalo
dipikir-pikir lagi sih, si “khawatir” ini memang sebuah perasaan yang wajar,
sewajar-wajarnya bagi orang yang sadar dan beriman (caileh). Orang yang sadar
akan kehidupannya pasti mengalami yang namanya khawatir, kecuali emang udah ada
yang berhasil nyontek lauhul mahfudz-nya Gusti Allah. Ga mungkin kan? Makannya
semua orang pasti punya dan mengalami kekhawatiran. Menurut Mr. Brocovec
seluruh sel yang ada dalam tubuh kita itu ada sangkut tanganyanya sama rasa
khawatir, dan memang udah dari sononya otak kita dikasih bagian yang namanya
amygdala yang fungsinya berhubungan dengan rasa takut, kenegatifan, dan hal lain yang
pada dasarnya membuat kita survive atau bertahan (nanti kita bahas di postingan selanjutnya).
Dalam Q.S. 70:19-22 Allah SWT pemilik seluruh
jagat raya ini berfirman bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh
kesah. Jelaslah bahwa Allah SWT Yang Maha Mengetahui menciptakan manusia dengan
satu paket berkeluh kesah karena rasa kekhawatiran.
Sering kita merasa, bahwa kekhawatiran itu sangat
mengganggu. Tidur ga nyenyak, makan ga enak, pokonya serba ga nyaman deh. Semacam
ada bianglala dalam dada. Banyak cara buat menghalau rasa khawatir. Shalat dan
membaca Al-quran salah satunya. Atau bisa dengan melakukan hobby kita. Misal seperti
temen aku, Arahmat Jatnika dia mengaku suka denger lagu dan ngikutin liriknya
(asal jangan lagu galau aja) kalo khawatir sedang melanda. Intinya sih, kita
harus menstimuslus otak kita sendiri agar tidak terlalu berfokus kepada
kemungkinan buruk. Namun memang, perasaan khawatir itu ga bisa dilenyapkan, dia
selalu muncul lagi. kita jangan mau ga punya rasa yang satu ini. Karena Cuma orang
gila yang ga punya kekhawatiran. Inget, Allah selalu ada untuk kita. Berdoa
aja.
Sekarang mari kita mencari sisi positif dari rasa
khawatir (*mikir ini.. asli). Sebenernya banyak loh manfaat dari. Coba kalo
kita ga dikasih “khawatir” ga akan ada konsep kehati-hatian, dimana si konsep itu
penting banget disegala bidang. Contohnya, kalo para guru ga punya rasa khawatir
terhadap anak didiknya, trus mereka ngajar sekenanya aja. Bakal “lebih banyak”
orang kacrut dimuka bumi ini. Atau kalo para petani ga khawatir sama hasil
panennya, tiap hari kerjaanya BBM-an, cahtting, twitteran ampe lupa ngasih
pupuk dan nyiram tanemannya. Kita mau makan apa?
Yang paling bombastis, si rasa khawatir ini
memberi sumbangsih yang cukup kuat loh buat terciptanya penemuan baru. Ya kalo
ga baru-baru juga, memperbahrui yang sudah ada. Contohnya, kita khawatir kalo
dikemudian hari cadangan gas bumi habis. Nah, sekarang banyak kan yang bikin sumber
energi alternatif, dari kotoran sapi lah, dari sampah lah. Memang apapun yang
diciptakan oleh Allah ga ada yang sia-sia termasuk kekhawatiran. Subhanallah
Percaya, bahwa semua yang terjadi dikehidupan
kita adalah yang terbaik. Allah Maha Tau atas segala sesuatu.
Wew! Ada nama daku di atas sana. Gihihihi...
ReplyDeleteeh iya dongs, mamats gitu looh :P
ReplyDelete