Bertemu Pertamakali

Dua lengan menggiringku bersamaan, memasuki mobil duduk dibagian belakang. Mereka adalah seorang ibu dan anak perempuan sebayaku. Dari gerak-geriknya aku pikir mereka sudah mengenalku sejak lama, namun aku tak paham mengapa memoriku tak mengingat mereka sama sekali. Berbanding terbalik dengan memori, rasa yang tiba-tiba muncul mengatakan bahwa aku pun mengenal mereka.

Kondisi mobil berubah, tak tau awalnya bagaimana posisi duduk kita jadi berbeda. Dari sudut ini aku bisa melihat sosok lelaki yang kemungkinan tiga atau empat tahun di atas ku. Sebenarnya aku melihat wajahnya saat itu, namun sulit untuk menjelaskannya. Semakin berusaha aku ingat, semakin kabur bayangannya.

Aku tertunduk malu, karena laki-laki itersebut memandangku terus menerus. Tiba-tiba pesawat terbang melewati kepala kami. Suaranya benar-benar membuatku kaget. Kemudian dia tertawa, dan bertanya "lagi apa?". Setelah itu waktu menyediakan tempat untuk kami berdua berkata-kata, yang sekarang aku lupa, apa.

Kami tiba disuatu pasar. Entahlah pasar apa. Menjual apa aku pun tak tau pasti. Yang aku ingat, aku sibuk memilih celengan berwarna-warni. Dia mengikuti dari belakang. Meskipun aku tak melihat secara langsung, aku tau laki-laki itu memperhatikan dan menjagaku dari jauh. Aku dan dia seperti memiliki telepati. Ia berucap tanpa kata, dan aku tau apa maksudnya.

Seseorang bertanya kepadaku tentang keberadaan laki-laki tersebut. Aku tunjuk satu toko di hadapanku. Entah bagaimana caranya aku tau, yang pasti aku yakin dia ada didalamanya.

Keadaan tiba-tiba berubah. Semua orang mencari dan saling bertanya tentang keberadaan laki-laki itu. Sepertinya dia seorang yang penting, yang disayangi oleh banyak orang termasuk aku.

Dia keluar dari toko yang aku tunjuk tadi. Raut mukanya tak sesumringah saat kami berbicang dalam mobil. Dia mulai menyalami orang-orang yang mencarinya. Gilliranku, dia terdiam, dia mematung. Canggung, ku julurkan tangan secara konvensional untuk menyalaminya. Dia tersenyum. Sekali lagi, aku tak bisa mengingat wajahnya, namun aku tau dia tersenyum manis sekali. Dengan gagah ia lipat tangannya dan menyalamiku dari jauh. Aku tak merasa tersinggung sedikitpun. Sungguh. Sebaliknya aku merasa dihormati.

"Aku harus pergi" ia berucap tanpa kata. Aku mengerti, ia harus pergi lagi. Menjalani kehidupannya sebagai dokter. "Sampai ketemu" ia mengakhiri.

Aku berkedip, kemudian dengan ajaib pasar berganti menjadi kamar nenekku. "Jadi kamu mau pilih siapa?" Adik nenekku bertanya. Jangan tanya mengapa aku bisa paham tentang pertanyaan tersebut, saat itu dengan mistisnya tiba-tiba aku tau bahwa ada dua pilihan imam yang menungguku. Laki-laki tadi dan seorang kaku yang misterius. Aku tak bisa menentukan pilihan karena belum mengenal keduanya. "Aku bukan seorang yang mudah jatuh hati. yang terakhir aku jalani berawal adri hubungan pertemanan" Aku menjawab.

Adzan subuh berkumandang. Mataku masih berat dan aku ingin melanjutkan mimpiku sekali lagi. Memang, aku tak bisa menjawab dalam mimpi, namun jika kami bertemu nanti sepertinya aku tau siapa yang akan aku pilih. 







dari mimpi malam ini, 22 April 2013







2 comments:

 

Follow My Blog

Hello Guys!

Hello Guys!

Ngobrol yuk!

Get this look :x

Follow Me on Instagram