Take my hand, take my whole life too
For i can't help fallin in love with you
Beberapa hari kebelakang, lagu dari Elvis Presley satu ini berhasil buat aku tergila-gila. Hampir setiap waktu, lagu yang cocok banget buat pengantar tidur ini aku puter. Mulai dari versi asli sampai versinya Grace VanderWaal. Itu lhoo, penyanyi keluaran salah satu ajang pencarian bakat yang nanyinya seperti ga niat tapi bagus. Kan bikin iri.
Sebenernya, lagu ini sukses mengendap dikepala karena ada salah satu drama korea (aku lupa judulnya) yang jadiin lagu ini jadi soundtracknya. Ditambah dengan suasana hati yang pinky, jadilah lagu Can't help fallin in love selalu berdengung dikepala.
Ngomong-ngomong soal hati yang pinky, pasti tau dong karena apa?
Yaps! Ini karena pangeran pengendara kura-kura yang selama ini aku nanti, akhirnya menunjukkan batang hidungnya.
Dia datang pelan-pelan, mencuri hati dengan tenang, dan akhirnya mengungkapkan kehendaknya dengan gamblang di salah satu tempat makan yang pasti jadi kenangan.
"Aku pernah cerita tentang kamu sama temenku" ungkapnya suatu hari di bulan Agustus, saat kami berbicara tentang kisah asmara masing-masing.
Sambil tetap makan hidangan, aku komentari pernyataan itu dengan penuh selidik tapi pura-pura dingin "Iya? Kamu pasti cerita yang jelek-jelek ya?"
Dia diam, matanya melihat dinding sebelahku yang terkena sinar lampu temaram khas kafe-kafe Bandung.
"I do love her" akhirnya dia berkata.
Jujur saat itu aku ga ngerti maksudnya bilang itu, dan akhirnya aku tanya "Hah, ke siapa?"
Seketika itu, aku ambil minuman untuk menutupi sekelebat pemikiran bahwa maksud 'her' itu adalah aku. Yakin, saat itu rona pipi ku lebih merah dari biasanya.
Setelah suasana kikuk membelit beberapa lama. Sebuah pengakuan pun akhirnya mengalir, dengan tenang dan menyegarkan. Membasahi semua lekukan tanpa hambatan, tanpa paksaan.
Dan kamu harus lihat mata pangeran kura-kura ini saat menuturkan perasaannya. Tulus dan lembut. Sorot mata berbinar-binar yang selama ini aku sebut pandangan cinta benar-benar jelas terlihat.
"Silahkan, kalau kamu butuh waktu. Saya akan tunggu" katanya setelah aku bilang belum bisa jawab apapun saat itu. Padahal, rasa yang sama udah aku pendam sejak lama.
Bukan, ini bukan karena jual mahal. Aku hanya ingin memastikan, apakah rasa yang ada sejak lama ini benar-benar cinta atau hanya penasaran semata. Apalagi, dia bukan menawarkan diri sebagai pacar tapi sebagai suami. Jelas itu butuh pemikiran yang matang.
Sampai saat ini, masih suka malu sendiri saat memori di 13 Agustus 2016 ini berkelebat dalam kepala. Ada degup yang berbeda yang aku tahu maksudnya apa, tapi tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Like a river flows
Surely to the sea
Darling, so it goes
Something are meant to be
Labels:
cinta,
falling in love,
kata-kata cinta,
pengakuan,
writing
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment