Sabtu, 07 Januari 2017
Rombongannya, datang kerumah. Namun aku belum boleh menemuinya, hanya duduk dipojokan kasur mendengar perbincangan yang awalnya ringan bertanya kabar, kemudian mengenalkan anggota keluarga satu persatu, hingga akhirnya Bapak ditanyai perihal aku masih single atau tidak.
Degup jantungku terasa lebih cepat ketika bapak menjawab pertanyaan tersebut dengan cukup singkat. Kata-katanya ringan namun tetap berwibawa.
Suasana tersebut, membuat aku salah tingkah. Telapak tanganku dingin, rasanya ada kupu-kupu menggeliat dalam perutku. Sampai akhirnya aku dipanggil keluar kamar, untuk ditanyai secara langsung.
Diam dan tersenyum
Itu yang aku lakukan untuk menjawab pertanyaan apakah aku bersedia menerima lamaran lelaki ini atau tidak. Setelah itu, Sang Calon mertua menyematkan cincin tanda pengikat ditanganku.
Dengan cincin itu, aku diingatkan bahwa telah ada lelaki yang bersedia menjadi imamku. Lelaki yang bersedia mengemban tanggung jawab atas hidupku yang selama ini ada dipundak Bapak. Masya Allah.
Doa pun dipanjatkan, mengharap tak ada aral melintang saat kami mempersiapkan pernikahan. Juga memohon keselamatan, karunia dan keberkahan agar pernikahan kami tak hanya lancar saat ijab qabul dan resepsi namun juga hingga kami tua dan bertemu kembali di Jannahnya Allah nanti.
0 comments:
Post a Comment