Segelas jus jambu menemaniku pada senja itu, jujur aku hanya bisa duduk dan merunduk. Sesekali aku menatap sesak langit jingga yang seakan terpuruk ikut serta dalam sedu sedan yang semakin memburuk.
Ada hampa yang terus menyeruak memakan kedamaian yang aku jaga sekuat tenaga. Hampa yang terus membesar, meluas tak terhingga. Menjebak semua rencana yang telah aku bina.
"Harus kemana aku? Harus apa aku?"
andai ada mesin pencari yang bisa menjawab pertayaan-pertanyaan dalam kepalaku. Sungguh aku butuh itu.
Ah, terlalu gelap untuk membuat rencana kedua. Atau, hal ini memang tak bisa di rencanakan oleh manusia. Aku melirik lagi langit senja, sekarang ia mulai meninggalkan ku. Bersembunyi dalam dinginya malam. Kelam.
Senja memang tak setia, sama seperti jus jambu yang tadi menemaniku. Mereka habis dimakan waktu, dimakan mulutku. Tunggu dulu, apa ada yang setia?
0 comments:
Post a Comment